Kembali Traveling

image2

Sudah lebih dari empat tahun saya bekerja sebagai travel journalist, yang diamini banyak orang sebagai profesi paling menyenangkan sedunia. Selama itu saya wara-wiri ke berbagai pelosok Nusantara. Memecah satu destinasi menjadi sejumlah artikel hingga angle yang paling liar. Selama itu pula orang mendelik iri, betapa nikmatnya jalan-jalan gratis dengan timbal balik ‘hanya’ sederet artikel di media online paling ternama se-Tanah Air.

Selama itu pula, bisa dihitung jari saya benar-benar traveling.

Saya berkecimpung dalam dunia perjalanan bukan karena tren. Suka? Sudah pasti. Adiktif? Iya. Bangga? Tidak. Untuk diumbar-umbar? Tidak. Justru saya rasa, traveling jadi kebutuhan utama karena kemampuannya melepas identitas. Bertamu ke satu tempat antah-berantah, bercengkerama dengan orang baru meski sama sekali asing. Tidak peduli siapa saya, berapa umur saya, siapa saja teman saya, sudah pernah ke mana saja…

Yogyakarta, 31 Desember 2015. Motor melaju ke Hutan Pinus Mangunan, Yogyakarta, yang fotonya bertebaran di Instagram. Berhubung bukan dalam rangka liputan, saya mengaku habis ide soal destinasi. Scrolling timeline Instagram berjam-jam hanya berbuah helaan nafas panjang karena saya tahu persis, di spot-spot tertentu pasti ada segerombol fotografer berkutat sambil mengulik gadget di tangan masing-masing. Hal yang wajar dan sama sekali tidak salah — namun bukan yang saya cari.

Hutan Pinus Mangunan saya lewati begitu saja. Motor melaju ke tempat yang akhirnya saya ketahui sebagai Puncak Becici, masih di dalam area hutan pinus. Bergabung dengan kawan-kawan lainnya yang asyik foto dan selfie, kemudian beranjak pergi. Lagi-lagi, bukan itu yang saya cari.

Motor terus melaju, kini tanpa tujuan. Namun semakin tanpa tujuan, semakin saya senang. Di tengah jalan saya berhenti, memotret dua sapi yang asyik mengunyah rumput. Sebuah jalan kecil mengantar saya masuk ke desa — yang hingga kini saya tidak tahu namanya — kemudian bergabung dengan anak-anak kecil yang sibuk melatih burung dara peliharaan mereka. Saya duduk di tepi sawah, memejamkan mata barang sebentar, suara anak-anak itu semakin memudar.

Hari semakin senja. Angin seakan mendayu-dayu, mengajak dansa pepohonan pinus. Burung-burung dara terbang cepat membelah udara, berlatar langit biru penuh titik-titik gumpalan kapas.

Ayo! Hampir maghrib!

Seruan Bagas membuyarkan lamunan. Kami berkenalan barang 10 menit sebelumnya, Bagas punya wajah paling jenaka di antara yang lainnya. Dia lantas menyambar sangkar –burung dara abu kebiruan bertengger di dalamnya — kemudian bersepeda membelah pesawahan.

Saya termenung sepanjang perjalanan kembali ke Kota Yogya. Sudah lama sekali perasaan itu hilang. Perasaan sumringah karena mendatangi tempat baru, bertemu orang baru, menghilang dari semua cap baik dan buruk yang melekat di jidat. Perasaan tersesat yang sangat menyenangkan.

31 Desember 2015, saya kembali traveling. Tidak jauh, tidak tahu nama tempatnya, tidak ada jejak apapun kecuali dalam ingatan.

image1

22 comments

  1. Jujur, saya sepertinya sepakat dengan apa yang Mbak tulis di sini. Andai saya adalah panjenengan yang ada dalam tulisan ini, saya pun melakukan hal yang serupa, bukan seperti yang demikian yang dicari, tapi lain dari itu, mengembangkan daya eksplorasi, menemukan cerita-cerita tak terduga dari sesuatu yang tampak sederhana.

    Sepakat sekali jika, traveling itu juga berarti melepas identitas 🙂

    1. Persis sekali, mas. Mungkin jika dirimu lihat semua isi blog ini, benar sekali kalau saya lebih menulis hal-hal yang sederhana 🙂

      Terima kasih sudah mampir, salam kenal ya 😀

  2. Tulisan yang manis mba Sastri, seperti biasa. Hhehehehehhe

    Saat membacanya entah mengapa saya ikut larut dalam cerita, terkadang memang `menemukan` dalam suatu perjalanan dapat terjadi saat kita berjalan tanpa arah 😀

  3. Bisa menjadi tempat belajar bertutur dalam tulisan dengan artikel Mba di blog ini. Alhamdulillah bisa ketemu blog hebat milik Mba, salam kenal Mba..dari pembelajar yang sudah berumur

    1. Halo mas Idfi! Kita pernah kenalan lho, aku pernah ikut walking tour Little India waktu itu 😉 terima kasih sudah mampir! IG-mu apa, biar kufollow 🙂

Leave a reply to Sastri Cancel reply